Selasa, 22 Maret 2011

AL4Y


Bagaimana semestinya kita dengan tepat menanggapi keberadaan 'alay'

Apa itu 'alay'? Kata ini sedang populer di tengah masyarakat, khususnya di dunia remaja. Berdasarkan penelusuran, berikut adalah sedikit gambaran apa itu alay dari dunia maya yang mencoba mendokumentasikan berbagai gagasan tentang alay salah satunya dari sebuah blog. "Seseorang yang memakai baju yang tidak wajar, seperti celana skinny, dan berpenampilan yang menurut orang-orang itu "NORAK", rambut yang norak, pokoknya gayanya gak trendy banget deh, gak gaul. Dan kalo SMS itu bahasanya susah dibaca".

Cara bagaimana mereka bersikap dan bertingkah laku pun ternyata bisa menjadi rujukan identitas seorang alay. Masih dari sumber yang sama, remaja-remaja alay ini sering bergaya sok kaya, sok imut, sok cantik, sok keren, sok gaul, sok techno, dan gemar berfoto narsis. Nama-nama di situs tersebut yang disinyalir sebagai alay kerap ditemui jika namanya juga terkesan narsis dan banyak ditambahkan huruf 's' atau 'z'. jika terdapat nama seperti 'pRinceSscuTez' atau model yang serupa, orang inilah yang diberi predikat alay.

Jika seseorang sampai pada tahap kesimpulan bahwa individu berpredikat alay, salah satu sebabnya dapat ditilik dari rentang usia mereka, yakni 11 sampai 21 tahun. Memang pada rentang usia ini para remaja sedang berusaha mencari identitas diri. Di samping itu, remaja-remaja ini juga cenderung memiliki keingintahuan yang besar akan berbagai hal yang dianggap unik, baru, keren, tetapi tidak dicerna lebih dulu sebelum diserap ke dalam keseharian mereka.

Bisa dibilang eksistensi alay memang tidak bisa dipungkiri. Mungkin saja orang-orang yang berpredikat alay ada disekitar kita. Kalau sudah begitu, apa yang sebaiknya dilakukan? Berikut ini hal yang penting untuk disimak.

Konfusius pernah berkata "Jangan melakukan sesuatu kepada sesama yang kamu tidak ingin orang lain lakukan kepadamu". Ternyata ucapannya masih sangat relevan, bahkan sampai sekarang. Hendaknya seorang remaja tidak mencela akan adanya fenomena alay. Tidak ada orang di dunia ini yang senang dicela orang lain 'kan?

Terakhir adalah pilihan tindakan yang paling penting, yang sebagaimana dituturkan oleh orang bijak sebagai diam itu emas. Alay adalah hal yang salah atau benar, itu bergantung pada penilaian tiap individu. Jadi daripada berkomentar pedas, menyindir, mencela, tidakkah lebih baik diam? Lagipula kehadiran mereka tidak merugikan kita 'kan?

Kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tidak tampak. Peribahasa tadi menekankan introspeksi yang merupakan hal mendasar untuk bertindak tepat. Mengapa? Adalah hal yang tak dapat dipungkiri bahwa di dunia ini tidak ada seseorang yang sempurna. Pandangan soal benar-salah pun sangat subjektif untuk kasus ini.

Maka dari itu daripada mencela orang lain, tidakkah jauh lebih baik untuk melihat diri sendiri, apakah diri sendiri sudah benar? Seorang alay bisa saja dihubungkan sebagai individu yang gemar berpakaian berlebihan, tetapi lihatlah diri sendiri, apakah berpakaian ke tempat ibadah dengan bercelana pendek dan sandal adalah pilihan busana yang tepat?

Introspeksilah, apakah diri sendiri sudah benar? Menghakimi seseorang memang sangat mudah, tapi apakah diri sendiri sudah yakin benar, tidaklah mudah.

Sumber:

Best Teens NO.1 THN.I Edisi Januari - Februari 2011
oleh: Yonathan Oktavianus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar